Prolog :
Area hutan tropis dengan pepohonan besar dan rapat, dedaunan yang lebat nan rimbun atau malah sebaliknya, sebuah padang rumput savanna yang gersang seperti yang terdapat di Baluran. Itulah yang terbesit di kepala ini saat pertama kali mendengar perkataan ‘Taman Nasional’. Namun ahirnya gue harus menertawakan diri ini atas kekurangtahuan (kok kayanya aneh ya kata ini) bahwa yang namanya Taman Nasional itu tidak melulu harus berupa hutan belantara di area sebuah gunung ataupun padang rumput luas di sebuah lembah.
Butuh waktu hampir 4 jam perjalanan mobil dari bandara Ngurah Rai Denpasar untuk mencapai Taman Nasional Bali Barat ini. Namun sebenarnya justru hanya dibutuhkan waktu tidak lebih dari 45 menit jika ditempuh dari Gilimanuk. Sebuah area yang banyak ditumbuhi pepohonan mirip Pilang yang tidak terlalu tinggi namun hampir sebagian besar sudah tidak ditumbuhi dedaunan adalah pemandangan yang pertama kali gue saksikan saat memasuki area jalan masuk tempat gue menginap di Taman Nasional Bali Barat. Entah karena memang kebetulan saja saat ini musim kemarau atau memang pepohonan tanpa dedaunan tersebut kondisinya seperti ini sepanjang tahun. Atau bisa jadi kondisi Taman Nasional yang seperti ini hanya kebetulan terdapat di area yang sedang gue kunjungi. Yang pasti sungguh jauh dari suasana rindang yang gue bayangkan saat dalam perjalanan menuju ke tempat ini.
The Trail
Sebuah sepeda hybrid Polygon type Monarch 3.0 size S dengan V-brake dan Revo Shifter akan menemani acara gowes gue di pagi ini. Sepanjang ingatan gue, terahir gowes dengan menggunakan sepeda hardtail di medan offroad adalah saat ke NuRA hampir setahun yang lalu :-))
“Moga-moga saja di tengah perjalanan nanti bisa berpapasan dengan rombongan menjangan,” gumam gue dalam hati saat mulai mengayuh pedal sepeda ini.
Menurut informasi di area ini memang masih banyak berkeliaran binatang ini berjalan mendekati bak penampungan air yang sengaja dibuat untuk tempat mereka melepaskan dahaga tanpa merasa takut terusik oleh manusia yang melintas di dekatnya. Yang jelas gue gak akan berpapasan dengan harimau Bali karena binatang ini memang telah punah sejak puluhan tahun yang lalu.
Oh iya, Taman Nasional Bali Barat ini juga meliputi banyak area hutan pantai dan hutan mangrove. Keduanya akan menjadi tujuan gowes gue di pagi ini. Suara dedaunan kering di atas permukaan tanah sepanjang perjalanan yang terlindas ban sepeda seolah menjadi musik merdu pengiring. Sampai detik ini belum gue temui binatang penghuni hutan Taman Nasional selain beberapa ayam hutan yang sedang mencari makan. Mereka sekilas terlihat seperti ayam jago yang biasa kita lihat sehari-hari namun ayam hutan disini berukuran lebih kecil.
Mendekati arah pantai jenis vegetasi sedikit demi sedikit terlihat berubah. Di kejauhan sana bahkan sudah mulai terlihat pucuk pohon bakau. Sambil istirahat sejenak gue memperhatikan keadaan sekeliling.
“Hmmmm banyak rumah kepiting,” ujar gue dalam hati saat melihat puluhan bahkan ratusan lobang berdiameter 3-5 cm diatas permukaan tanah yang sudah mulai berpasir ini.
Tidak ingin merusak rumah yang sudah susah payah para kepiting buat perlahan-lahan gue TTB berusaha mengambil jalur diantara lobang-lobang tadi meninggalkan spot tempat gue beristirahat tadi.
Tidak jauh di seberang lautan sana terlihat pulau Menjangan. Seluruh spot yang menjadi tujuan acara gowes singkat santai di pagi ini telah selesai gue kunjungi. Gue memilih area pantai yang lumayan padat ditumbuhi pohon bakau sebagai lokasi finish. Dalam hati gue bersyukur masih diberi kesempatan gowes sambil menyaksikan dengan kepala sendiri suasana Taman Nasional Bali Barat. Semoga kondisi ekosistem di Taman Nasional ini tetap terjaga tanpa diusik tangan manusia dan dirusak oleh bangunan-bangunan fasilitas wisata.
Cheers and keep pedalling
Mantel. Cikarang 21 Oktober 2015
Salam T4 aka TaTuTuTa aka Tanjakan Tuntun Turunan Takut (https://www.facebook.com/T4.aka.TaTuTuTa)
Twitter : @jashujan
Email : payung[at]yahoo.com
Blog : jashujan.wordpress.com
JaS HujAN | a MaNtEL's bLOG 