Kita Gowes - Keluarga Piknik · Sumatera

DRAK Bike Park (DBP) Batam, You F Beauty

Prolog : Definitely I am just nobody to provide verdict to any mtb trails, particularly this DBP. One or two things for sure is I am big fans of singletrack trails and also big fans of any trails sit in the middle of lush tropical rainforest. Yup yang pasti gue pecinta jalur singletrack dan jalur teduh yang melalui hutan tropis. Oh boy !! Coincidentaly this awesome DBP has them all. With those in mind, so untuk gue pribadi DBP adalah jalur mtb idaman sekaligus salah satu jalur XC terbaik yang pernah gue temui.

How To Get There

Area Duriankang (atau Sungai Duriang atau lebih dikenal dengan DRAK) Bike Park ada di sisi selatan Jalan Jenderal Sudirman Batam, tepatnya pas di seberang perumahan Taman Meditrania. Jika elo menginap di hotel yang berlokasi di tengah kota Batam maka saat perjalanan dari Bandara pasti akan melewati DBP ini.

DBP sendiri berada di dalam kawasan konservasi tempat penampungan persediaan air pulau Batam. Beberapa waktu lalu kawasan ini masih ditinggali oleh beberapa penduduk liar yang diantaranya bahkan menggunakan area tersebut sebagai tempat memelihara babi. Namun saat ini kawasan ini sudah menjadi kawasan hutan lindung bersih dari tempat tinggal penduduk.

IMG_20180120_073753r

‘Mahal’ ataupun ‘murah’ adalah relatif namun yang pasti harga tiket pesawat di hari Jumat untuk penerbangan dari bandara Soetta Cengkareng menuju bandara Hang Nadim Batam sekitar idr 522 rb – idr 880 rb. Semua penerbangan sudah termasuk jatah bagasi 20 kg. Bahkan diantara mereka ada yang memberikan jatah bagasi khusus untuk sepeda dan makanan ringan di dalam pesawat.

The Trails

Karena satu dan dua hal gue gak membawa sepeda sendiri dari Cikarang dan kebetulan ‘cuma’ dapat pinjaman dari om Izal NWD seorang teman SMP dan SMA yang saat ini tinggal dan bekerja di Batam sebuah sepeda mtb kelas XC yakni Ghost RT 7700. Sampai ahirnya disepakati bahwa hari Sabtu 20 Januari 2018 kita hanya akan mencoba jalur hutan #1, hutan #2, inner dan outer di dalam DBP saja karena dikhawatirkan sepeda ini kurang proper jika digunakan di trek lain di kawasan Mangsang, Nongsa ataupun Dangas.

Tepat pukul 07.30 kami tiba di dekat pintu masuk DBP. Belasan mobil milik para goweser berjajar rapih parkir di depan. Ada untungnya tiba di jam sesiang ini karena harapan kami para goweser lain telah masuk lumayan jauh di area dalam DBP sehingga diharapkan tidak menganggu irama gowes kami *halaaaaah.

IMG_20180120_074311r

Gelagat akan rindangnya jalur sudah mulai terasa beberapa puluh meter saja setelah gue mulai mengayuh pedal selepas melewati gerbang kawasan lindung ini. Permukaan jalur masih berupa hardpack dengan ilalang lumayan tinggi yang tumbuh di kiri dan kanan jalur. Mungkin ini dulunya adalah jalur utama yang digunakan oleh penduduk.

Baca Juga : AC Mobil Tidak Dingin? Solusinya Mungkin Tidak Mahal

Sepuluh menit berlalu gue tidak berusaha untuk mengikuti pace gowes om Izal. Yaa wajarlah dia kan rutin gowes hampir setiap minggu disini, sedangkan gue?? terahir gue mengayuh crank sepeda itu di ahir bulan Oktober 2017 atau hampir 3 bulan yang lalu !!!

Namun ternyata gue gak terlalu tertinggal jauh, di depan sana gue lihat om Izal sedang berdiri menghentikan sepedanya. Beberapa meter di depannya terlihat belasan goweser wanita berhenti bergerombol menutupi jalur. Sekilas bahkan beberapa diantara mereka seperti bersorak melihat kedatangan kami berdua. Apakah mereka sedang menghadang kami di tengah hutan belantara DBP ini? Dua rider pria yang kebetulan memang lumayan charming hahahahahaha *plaaaaaak

IMG_20180120_075207r

Dengan bermodalkan keteguhan hati, iman di dada serta sedikit memasang tampang super cool perlahan kami mendekat ke arah mereka. Ohhhhh usut punya usut ternyata mereka adalah para polisi wanita dari Polda Kepulauan Riau yang hobby gowes. Mereka berhenti disini karena ban belakang sepeda milik salah seorang polwan  tadi kempes dan tidak ada satupun diantara mereka yang membawa pompa. Itulah makanya mereka tampak gembira saat pertama kali melihat kami dari kejauhan. Untunglah om Izal membawa pompa tangan di dalam backpacknya dan dengan senang hati membantu memompa ban yang kempes tersebut #NgelusDadaLega

Walaupun lebatnya pepohonan belum sampai menutupi total sisi atas jalur namun semakin jauh kami meninggalkan rombongan polwan tadi jalur makin terasa teduh. Jalur disini masih tetap berupa singletrack yang rata. Sejauh ini belum terasa adanya jalur yang menanjak sedikitpun.

IMG_20180120_080757r

Empat puluh menit telah berlalu, sampailah kini kami di pitstop pertama tepat di tepi sebuah danau (atau waduk buatan?) dimana warga pulau Batam sangat bergantung kepadanya karena di waduk dan area hutan lindung inilah yang menjadi daerah resapan air sekaligus cadangan pasokan air yang nantinya diolah menjadi air bersih untuk kebutuhan sehari-hari warga pulau Batam. Andai di seberang sana tidak terlihat rimbunnya pepohonan hutan DBP niscaya orang akan menyangka area tempat gue beristirahat ini adalah salah satu sisi Situ Cibereum Bekasi 🙂 🙂

Baca Juga : Phuket Thailand, Layakkah Dikunjungi

IMG_20180120_080929r

Tidak terasa hampir dua setengah jam berlalu, so far gue sangat menikmati seluruh area teduh yang telah dilewati dengan full pedaling tipikal jalur XC. Sampailah kami di sebuah spot yang bernama jembatan Pasak Bumi, sebuah jembatan yang terbuat dari sambungan beberapa batang pohon menyeberangi sebuah sungai kecil. Tidak jauh dari jembatan ini jalur akan bercabang.

IMG-20180203-WA0007RR

Jalur di DBP mempunyai tipe A to A artinya titik start dan titik finish berada pada tempat yang sama dalam hal ini perjalanan pulang kami akan menuju kembali ke lokasi dimana mobil om Izal tadi diparkirkan dan kami akam melewati kembali beberapa bagian jalur yang tadi telah kami lewati saat perjalanan awal.

 

Penutup

Batam merupakan salah satu destinasi gowes yang vicnickable (istilah apa pula ini???). Intinya elo bisa mengajak serta keluarga kesana. Please ngaku aja dech, selama ini elo-elo selalu egois pergi sendirian menghabiskan paling tidak dua hari di weekend saat gowes jauh tanpa mengajak keluarga kan? Nah di Batam ini elo bisa bikin itinerary yang isinya kurang lebih sebagai berikut :

  1. Hari Juma’at siang berangkat dari Soetta. Check-in hotel,  langsung hunting kuliner maknyus
  2. Hari Sabtu pagi sampai sore elo bisa dengan tenang gowes seharian sedangkan keluarga bisa pelesiran sekalian belanja-belanji di sekitaran daerah Nagoya Hill. Note : never ever leave your atm card + pin while you riding 🙂 🙂
  3. Hari Sabtu sore elo bisa hunting sunset bersama keluarga. Lanjut makan malam seafood dan pesta duren (jika pas musim duren)
  4. Hari Minggu pagi bisa kembali pelesiran bersama keluarga di pulau kecil yang pantainya ciamik di sekitaran Batam semisal pulau Mubut. Pulangnya bisa kembali pesta seafood di salah satu kelong (rumah makan yang mengapung di pinggir laut)
  5. Minggu malam pulang kembali ke Jakarta

Special thanks untuk om Izal dan nTe Yuke sekeluarga atas keramahtamahannya, atas pinjaman sepedahnya dan untuk fasilitas lainya yang gak bisa disebutkan satu persatu 🙂 🙂 Jangan pada kapok ya hahahahaha.

 

Cheers, Mantel
Twitter : @jashujan
Email : payung[at]yahoo.com
Blog : jashujan.wordpress.com

Cikarang 3 Februari 2018
Salam T4 aka TaTuTuTa aka Tanjakan Tuntun Turunan Takut  (https://www.facebook.com/T4.aka.TaTuTuTa)

Leave a comment